Revolusi Industri Sebagai Dosa Besar Manusia Kepada Bumi


Gambar 1. Kegiatan Industri dengan Hasil Samping Asap dan Gas Karbon Dioksida
Sumber: liputan6.com

Revolusi industri merupakan suatu langkah besar bagi manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih praktis dan mampu memproduksi barang serta jasa yang begitu besar. Hasil yang paling besar dari Revolusi Industri ini merupakan mesin-mesin yang mampu mengolah dan memproduksi kebutuhan-kebutuhan manusia mulai dari produk sandang, pangan, hingga papan. Selain itu, mesin-mesin produksi skala besar ini pun mampu membuat manusia bergerak lebih jauh ke tengah samudera untuk melakukan eksplorasi pencarian minyak dan gas bumi. Hasilnya pun tidak mengecewakan, pada hari ini manusia banyak bergantung pada sumberdaya minyak dan gas bumi tersebut, mulai dari kebutuhan tekstil, bahan bakar kendaraan, hingga kini marak penggunaan plastik yang merupakan hasil dari pengolahan minyak bumi. 

Revolusi industri ini tidak hanya membawa dampak besar bagi manusia, namun berdampak besar juga bagi kehidupan hewan laut, terumbu karang, padang lamun, hutan hujan tropis, dan ekosistem yang ada di bumi lainya. Tentu saja Revolusi Industri ini tidak hanya membawa dampak positif bagi manusia dan makhluk hidup lainya. Tetapi membawa dampak negatif yang ternyata menimbulkan bencana yang cukup besar bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Mengapa Revolusi Industri membawa dampak bencana yang begitu besar di bumi ini? Mari kita lihat grafik fluktuasi karbon dioksida (CO2) sejak 650 ribu tahun yang lalu berikut.

Gambar 2. Grafik Fluktuasi Konsentrasi CO2 Sejak 650 Ribu Tahun yang Lalu
Sumber: climate.nasa.gov

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh NASA, terlihat bahwa sebetulnya bumi ini mengalami kenaikan dan penurunan konsentrasi CO2 di atmosfer secara periodik. Terdapat waktu dimana kadar CO2 meningkat sangat tinggi seperti pada tahun antara 100-150 ribu tahun yang lalu dan juga terdapat waktu dimana kadar CO2 menurun sangat rendah seperti pada 350-400 ribu tahun yang lalu. Fakta lainnya, pada setiap periode panjang yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu tahun tersebut, terdapat fluktuasi konsentrasi CO2 di atmosfer dengan periode yang lebih singkat. Berdasarkan data tersebut, sekarang kita mengetahui bahwa bumi ini ternyata mengalami siklus peningkatan dan penurunan konsentrasi CO2 dengan tujuan menuju kesetimbangan. Bahkan dari sini, kita dapat menyebutkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer merupakan hal yang biasa, karena peristiwa tersebut bersifat periodik. 

         Namun tunggu dulu, kita akan analisis lebih jauh data yang dipublikasikan oleh NASA tersebut. Sebelumnya kita sebutkan bahwa Revolusi Industri tidak hanya membawa dampak positif bagi bumi, namun perubahan ini membawa bencana juga bagi bumi. Baik kita buktikan berdasarkan data NASA tersebut. Kita lihat grafik pada tahun 1950 yang merupakan tahun dimana revolusi industri sudah lama dimulai. Pada tahun tersebut, bumi mengalami kondisi dimana konsentrasi CO2 di atmosfer mencapai titik tertinggi, yaitu pada konsentrasi 300ppm. Sekarang kita lihat data pada 2013 berdasarkan grafik hasil publikasi NASA tersebut, terlihat bahwa konsentrasi CO2 di atmosfer mengalami peningkatan yang cukup ekstrim sejak 1950, yaitu berada pada kisaran 380-400ppm. Hal ini merupakan rekor baru yang di dapatkan oleh bumi karena manusia di dalamnya berhasil membuat konsentrasi CO2 berada pada titik paling tinggi. Setidaknya Guiness World Records haruslah memberikan penghargaan pada manusia atas capaian ini.

Gambar 3. Coral Bleacing Akibat Pemanasan Global
Sumber: climatechangenews.com

        Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer secara ekstrim ini menimbulkan efek domino terhadap peristiwa kebencanaan di bumi. CO2 pada dasarnya akan membentuk efek rumah kaca yang merubah arah pantulan gelombang radiasi dari matahari. Efek rumah kaca ini akan memantulkan gelombang radiasi matahari yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa menjadi dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Efek dari pemantulan ini adalah gelombang radiasi matahari dalam bentuk inframerah tersebut akan tertahan di dalam kolom atmosfer bumi sehingga menimbulkan peningkatan temperatur pada permukaan bumi. Pada kondisi normal, efek rumah kaca ini dibutuhkan oleh bumi sebagai pengatur agar gradien suhu antara siang dan malam tidak terlalu tinggi. Namun, pada kondisi ekstrim seperti pemanasan global ini akan menimbulkan bencana pada permukaan bumi.    

        Pemanasan global ini akan mengakibatkan perubahan pada kondisi cuaca, pencairan es di kutub, kenaikan suhu lautan, penuruhan pH lautan, hingga kenaikan muka air laut. Peristiwa ini bukan hal yang bisa dianggap sepele hanya karena kenaikan yang terjadi memiliki angka yang kecil. Perlu diketahui bahwa kenaikan parameter-parameter seperti suhu dan pH akan mengakibatkan kehidupan makhluk lain terganggu. Sebagai contoh, terumbu karang tidak tahan dengan perubahan kondisi suhu perairan sehingga akan mengakibatkan terumbu karang tersebut memutih dan akhirnya mati. Peristiwa pemutihan terumbu karang sudah banyak terjadi di kawasan terumbu karang di Indonesia. Contoh lain adalah tidak maksimalnya pengerasan cangkang pada moluska laut akibat penurunan pH lautan, sehingga moluska tersebut tidak dapat secara maksimal menjalani hidupnya untuk berlindung dari predator. 

      Tentu saja ini merupakan dosa kita bersama sebagai manusia, karena kita sama-sama menikmati hasil dari Revolusi Industri yang telah mengakibatkan makhluk hidup lain mengalami kecacatan bahkan kematian akibat efek domino CO2. Namun, apakah kita hanya akan bersenang-senang dengan dosa tersebut sembari menunggu giliran musnahnya manusia dari muka bumi ini sebagai bagian dari konsep kesetimbangan? Tentu jawabannya adalah tidak. Sudah banyak manusia yang sadar atas perubahan iklim ini dengan melakukan kampanye iklim, hari meteorologi dunia, hari air, bahkan beramai-ramai melakukan penanaman pohon kembali. Kita sebagai individu dapat melakukan hal-hal kecil yang dapat mengurangi dampak dari perubahan iklim ini sebagai bentuk aksi nyata peduli terhadap bumi dengan meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan lebih memilih kendaraan umum atau sepeda. Penulis sangat yakin kita dapat menang dan melewati perubahan iklim ini. "Semoga bumi lekas membaik".

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini






Comments